Tenan, Telaten, Teges, Tegel:
Mental Wirausaha
Saat hendak
menulis salah satu postingan di blog ini (maklum baru belajar buat blog), saya
belum memiliki naskah atau artikel (baik singkat maupun panjang). Begitu muncul
entri baru, spontan muncul dalam benak saya untuk mengisi entri tersebut dengan
kata "Mental Pedagang". Awalnya yang terpikir adalah judul
"Mental Dagang", akan tetapi kemudian terlintas dalam pikiran saya
untuk menambahkan awalan pe- dan akhiran-an sehingga jadilah judul
"Mental Pedagang" seperti terbaca di sini.
Karena entri
itu menggunakan kata "Mental Padagang", maka saya berpikir masalah
lain yaitu apa judul naskah yang hendak saya tulis. Apa ya yang pas..... Dalam
waktu yang tidak lama teringat bahwa saya pernah mebaca buku yang berjudul
"Negara Dagang". Saya lupa penulis buku tersebut. Ya baik nanti saya
cari buku tersebut di rak buku yang lumayan banyak itu.
Perkembangan
berikutnya, saat saya hendak meng-edit naskah ini, terlintas ide baru. Judul
itu harus saya ubah. Perubahan itu bisa dilihat dan dibaca diatas, yaitu
menjadi: "Tenan, Telaten, Teges, Tegel: Mental Wirausaha". Kalau Anda
baca judul ini. bagi yang tidak memiliki latar belakang bahasa Jawa, bisa jadi
Anda mengerutkan kening. Oleh karenanya jika Anda tertarik untuk menyimak,
tentu Anda akan mendapatkan gambaran apa yang dimaksud dengan empat istilah
itu. Orang sering menyingkat keempat istilah itu dengan mengambil huruf pertama
dari empat istilah itu, yaitu 4T atau T4. Pasti Anda sudah dapat mengira-ira
apa kepanjanga dari T4 atau 4T itu. Kalau masih bingung, silakan baca kembali
judul tulisan ini. Karena 4T atau T4 itu diambil dari kahasanah bahasa Jawa,
maka konsep 4T atau T4 itu sesuai atau berdasarkan filosofi Jawa. Bahwasanya
menurut filosofi orang Jawa, untuk menjadi wirausaha, Anda harus memiliki
mentalitas 4T atau T4 seperti yang akan dijelaskan satu persatu di bawah ini.
T pertama: Tenan
Dalam filosofi
Jawa, seorang yang ingin menjadi wirausahawan harus memiliki mentalitas tenan.
Tenan itu sama dengan "bersungguh-sungguh". Dengan kata lain,
wirausahan tulen, jika dianalisis menurut kriteria filosofi Jawa, yang pertama
adalah memiliki mentalitas bersungguh-sungguh. Tidak mungkin seorang menjadi
wirausahawan jika ia tidak bersungguh dalam berusaha. Tentu saja filsafat tenan
itu menyangkut segala bidang, bukan hanya dalam bidang usaha atau bisnis.
Jika Anda cermati, istilah "wirausaha" yang terdiri dari dua kata
yaitu "wira" dan "usaha" juga berasal dari istilah bahasa
Jawa, paling tidak untuk kata "wira". "Wira" itu sama
dengan istilah "pemberani" dalam bahasa Indonesia. Pemberani dalam
bidang apa? Dalam konteks pembiaraan ini adalah pemberani dalam menjalankan
"usaha" atau bisnis. Seorang usahawan adalah orang yang
bersungguh-sungguh dalam menjalankan usahanya atau bisnisnya. Seorang pengusaha
adalah orang yang berani dan bersungguh dalam membangun dan menjalankan bisnis
atau ushanya.
T kedua: Telaten
Kata telaten
itu sama dengan "tekun" atau "tekun dan teliti atau
cermat" dalam bahasa Indonesia.
T ketiga: Teges
Teges itu cerdas.
T keempat: Tegel
Tegel atau tega, yakni tegas dalam mengambil keputusan
terutama yang berkaitan dengan masalah usaha atau bisnisnya. Dalam bahasa
Inggris ada pernyataan yang berbunyi: business is business; friend is
friend. Bisnis ya urusan bisnis; sedangkan urusan kawan ya urusan kawan.
Urusan bisnis tidak boleh terganggu di saat berhubungan dengan kawan. Urusan
bisnis harus dipisahkan dengan urusan kawan. Jangan sampai urusan bisnis
kemudian terganggu atau tersendat-sendat gara-gara perilaku seorang kawan yang
tidak tahu urusan bisnis. Karena pemilik usaha itu adalah kawan saya, kemudian
saya semena-mena dengan dia. Saya malah 'mengganggu' dengan cara meminta
fasilitas kepadanya. Saya minta gratis. Pola pikir semacam ini akan mengganggu
jalannya usaha seseorang. Oleh karena itu, seorang pengusaha rata-rata adalah
orang yang sangat "tega" mengeksekusi urusan bisnisnya, sekalipun
dengan kawan sendiri. Itulah mental pengusaha dalam filosofi Jawa: Tenan,
Telaten, Teges, Tegel.